Sehari Bersama Anak-Anak Hebat di SLB-B YPAC: Menyaksikan Semangat dan Kebersamaan
![]() |
| Foto bersama mahasiswa, guru dan siswa-siswi SLB-B YPAC setelah pelaksanaan kegiatan senam dan interaksi pembelajaran |
INTIinspira — Mahasiswa melaksanakan kunjungan edukatif ke SLB-B YPAC pada Sabtu (22/11/2025) untuk mengamati langsung proses pembelajaran dan interaksi siswa tunarungu.
Melalui kegiatan ini, penulis memperoleh pengalaman serta pemahaman tentang penggunaan bahasa isyarat sebagai sarana komunikasi sehari-hari di lingkungan sekolah.
SLB-B YPAC merupakan sekolah luar biasa yang melayani pendidikan bagi anak-anak tunarungu, dengan bahasa isyarat sebagai sarana komunikasi utama.
Selama kegiatan berlangsung, penulis mengamati penggunaan bahasa isyarat yang aktif untuk menyampaikan pesan, mengekspresikan perasaan, serta berinteraksi dengan teman dan guru.
Gestur, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh yang menyertai komunikasi tersebut memungkinkan pesan tersampaikan dengan baik, sekaligus menunjukkan kepercayaan diri dan keaktifan siswa dalam berinteraksi.
Kunjungan ke SLB-B YPAC ini merupakan bagian dari mata kuliah Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus yang diampu oleh Harri Santoso, S.Psi., M.Ed.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa selain memahami materi secara teoritis, juga memperoleh pengalaman langsung dalam mengamati karakteristik, pola komunikasi, dan aktivitas siswa tunarungu di lingkungan pendidikan khusus.
Kegiatan kunjungan diawali dengan senam bersama yang diikuti oleh seluruh siswa. Senam dipandu oleh guru olahraga menggunakan aba-aba visual dan gerakan yang mudah dipahami.
Para siswa tampak antusias mengikuti setiap gerakan. Selain menjaga kebugaran fisik, kegiatan ini juga melatih koordinasi, konsentrasi, dan kebersamaan antarsiswa.
Setelah kegiataan senam bersama, aktivitas dilanjutkan dengan pembelajaran senam lantai.
Dalam kegiataan ini, guru olahraga memberikan contoh gerakan secara bertahap dan memastikan setiap siswa memahami instruksi yang diberikan.
Interaksi antara guru dan siswa terlihat sangat komunikatif dan penuh kesabaran.
Guru menggunakan bahasa isyarat dan contoh gerakan secara langsung agar siswa dapat mengikuti dengan baik.
Guru menggunakan bahasa isyarat dan contoh gerakan secara langsung agar siswa dapat mengikuti dengan baik.
Penulis mengamati bahwa siswa menunjukkan kepercayaan diri dan keberanian dalam mencoba setiap Gerakan yang diajarkan.
Selain kegiatan fisik, terdapat pula sesi pemberian motivasi kepada para siswa.
Sesi ini bertujuan untuk memberikan dorongan semangat agar siswa tetap percaya diri dalam menjalani proses belajar dan aktivitas sehari-hari.
Pesan-pesan motivasi disampaikan melalui bahasa isyarat dengan bantuan guru.
Meskipun disampaikan secara nonverbal, pesan motivasi dapat diterima dengan baik oleh para siswa, yang terlihat dari perhatian dan respons positif yang mereka tunjukkan.
Dalam kegiatan tersebut, penulis juga berkesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan salah satu siswa menggunakan bahasa isyarat sederhana.
Meskipun komunikasi dilakukan secara terbatas, interaksi ini berjalan dengan baik dan penuh makna.
Melalui Pengalaman ini, penulis merasakan pengalaman yang sangat berkesan dan berbeda dari interaksi pada umumnya.
Awalnya, penulis sempat merasa canggung dan ragu ketika mencoba berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat sederhana yang masih terbatas, ada rasa takut salah gerakan dan khawatir tidak dipahami.
Namun, perasaan tersebut perlahan hilang ketika para siswa menyambut dengan senyuman hangat dan sikap yang terbuka.
Beberapa siswa menunjukkan ekspresi wajah yang antusias, mengangguk serta membalas dengan gerakan isyarat yang lembut dan sabar, seolah berusaha membantu penulis memahami cara mereka berkomunikasi.
Interaksi tersebut memberikan kesan emosional yang mendalam bagi penulis.
Melihat bagaimana siswa tunarungu mengekspresikan diri melalui gestur, mimik wajah, dan kontak mata membuat penulis menyadari bahwa komunikasi tidak selalu bergantung pada kata-kata.
Ada rasa haru dan kagum saat menyadari betapa besar usaha mereka untuk tetap terhubung dengan orang lain.
Selama kegiatan berlangsung, penulis juga mengamati peran penting guru dalam mendampingi para siswa.
Guru di sini tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing dan pendukung bagi perkembangan siswa.
Kesabaran, ketelatenan serta perhatian yang diberikan guru kepada siswa menjadi faktor penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan inklusif.
Selain kegiatan fisik, terdapat pula sesi pemberian motivasi kepada para siswa.
Sesi ini bertujuan untuk memberikan dorongan semangat agar siswa tetap percaya diri dalam menjalani proses belajar dan aktivitas sehari-hari.
Pesan-pesan motivasi disampaikan melalui bahasa isyarat dengan bantuan guru.
Meskipun disampaikan secara nonverbal, pesan motivasi dapat diterima dengan baik oleh para siswa, yang terlihat dari perhatian dan respons positif yang mereka tunjukkan.
Dalam kegiatan tersebut, penulis juga berkesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan salah satu siswa menggunakan bahasa isyarat sederhana.
Meskipun komunikasi dilakukan secara terbatas, interaksi ini berjalan dengan baik dan penuh makna.
Melalui Pengalaman ini, penulis merasakan pengalaman yang sangat berkesan dan berbeda dari interaksi pada umumnya.
Awalnya, penulis sempat merasa canggung dan ragu ketika mencoba berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat sederhana yang masih terbatas, ada rasa takut salah gerakan dan khawatir tidak dipahami.
Namun, perasaan tersebut perlahan hilang ketika para siswa menyambut dengan senyuman hangat dan sikap yang terbuka.
Beberapa siswa menunjukkan ekspresi wajah yang antusias, mengangguk serta membalas dengan gerakan isyarat yang lembut dan sabar, seolah berusaha membantu penulis memahami cara mereka berkomunikasi.
Interaksi tersebut memberikan kesan emosional yang mendalam bagi penulis.
Melihat bagaimana siswa tunarungu mengekspresikan diri melalui gestur, mimik wajah, dan kontak mata membuat penulis menyadari bahwa komunikasi tidak selalu bergantung pada kata-kata.
Ada rasa haru dan kagum saat menyadari betapa besar usaha mereka untuk tetap terhubung dengan orang lain.
Selama kegiatan berlangsung, penulis juga mengamati peran penting guru dalam mendampingi para siswa.
Guru di sini tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing dan pendukung bagi perkembangan siswa.
Kesabaran, ketelatenan serta perhatian yang diberikan guru kepada siswa menjadi faktor penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan inklusif.
Hubungan yang terjalin antara guru dan siswa terlihat harmonis dan penuh kehangatan.
Secara keseluruhan, kegiatan kunjungan ke SLB-B YPAC pada tanggal 22 November 2025 memberikan pengalaman yang sangat bermakna bagi penulis.
Melalui pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa, penulis memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai kehidupan sekolah anak-anak tunarungu, cara mereka berkomunikasi, serta semangat mereka dalam mengikuti setiap kegiatan.
Kunjungan ini juga menumbuhkan rasa kepedulian dan penghargaan terhadap keberagaman serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu.
Diharapkan pengalaman ini dapat menjadi pembelajaran berharga dan mendorong penulis untuk lebih peduli terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Penulis: Adinda Meilia (Mahasiswa Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
Foto: Dok. untuk INTIinspira
Secara keseluruhan, kegiatan kunjungan ke SLB-B YPAC pada tanggal 22 November 2025 memberikan pengalaman yang sangat bermakna bagi penulis.
Melalui pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa, penulis memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai kehidupan sekolah anak-anak tunarungu, cara mereka berkomunikasi, serta semangat mereka dalam mengikuti setiap kegiatan.
Kunjungan ini juga menumbuhkan rasa kepedulian dan penghargaan terhadap keberagaman serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu.
Diharapkan pengalaman ini dapat menjadi pembelajaran berharga dan mendorong penulis untuk lebih peduli terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Penulis: Adinda Meilia (Mahasiswa Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
Foto: Dok. untuk INTIinspira


