Saya Tidak Memiliki Tubuh, Saya Adalah Tubuh: Belajar dari Merleau-Ponty

Siluet beberapa orang berbicara dan bersepeda di atas jembatan dengan latar matahari terbenam, menggambarkan kehadiran fisik dan interaksi nyata di ruang terbuka.
INTIinspira - Dalam sejarah panjang filsafat, tubuh sering kali dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dari diri kita yang sejati. Banyak filsuf memandang tubuh sebagai benda yang hanya bisa bergerak, berjalan, makan, atau sakit. Sedangkan kita yang sejati, menurut mereka, hanya ada dalam jiwa atau pikiran.

Pandangan ini juga memengaruhi cara pikir manusia modern. Kita terbiasa melihat tubuh secara objektif-ilmiah, seperti melalui hasil tes medis, angka di timbangan berat badan, atau ukuran baju. Kita lupa satu hal paling mendasar: tubuh itu bukan sekadar benda, melainkan medium yang melaluinyalah kita hidup. Kita hidup lewat tubuh. Kita merasa senang, takut, terluka, bahkan jatuh cinta lewat tubuh

Di sinilah Maurice Merleau-Ponty hadir, seorang filsuf yang menggugat cara pandang lama semacam itu. Ia mengajukan pertanyaan mendasar: bagaimana mungkin kita berbicara tentang dunia, kalau kita tidak terlebih dulu mengalaminya lewat tubuh?

Tubuh Bukan Benda, tapi Aku yang Mengalami

Merleau-Ponty mengajak kita memandang tubuh dari sudut yang berbeda. Menurutnya, tubuh bukan sekadar alat yang kita "pakai", melainkan bagian dari diri kita yang paling dasar. Bahkan, ia dengan tegas menyatakan: “Saya tidak memiliki tubuh, saya adalah tubuh.”

Pernyataan ini mengandung makna yang dalam. Melalui tubuh, kita merasakan, mengenali dunia, dan memberi makna pada apa pun yang kita alami. Ketika kita tersentuh oleh musik, terdiam melihat mata orang yang kita cintai, atau bahkan merasa gelisah tanpa alasan yang jelas—itu semua bukan hanya terjadi pada pikiran, tapi juga pada tubuh.

Tubuh kita tahu jalan pulang, bahkan saat pikiran lupa. Ketika kita berjalan, menghindari bahaya, atau merangkul seseorang, sering kali tubuh bergerak lebih dulu tanpa harus berpikir keras. Itulah tubuh yang hidup, yang merasakan dunia lebih cepat daripada logika

Aspirasi Merleau-Ponty: Hadirlah Lewat Tubuhmu

Dari semua ini, apa yang sebenarnya ingin disampaikan Merleau-Ponty? Ia ingin kita kembali merasakan dunia secara utuh—bukan hanya lewat pikiran, tetapi juga lewat tubuh. Ia mengajak kita untuk lebih menyadari kehadiran tubuh, menyadari bahwa hidup yang kita jalani ini bukan berlangsung di dalam pikiran belaka, tetapi di dunia yang kita sentuh, hirup, dan alami setiap hari.

Merleau-Ponty seolah mengingatkan kita: “Kembalilah ke tubuhmu.” Rasakan tanah di bawah kakimu saat berjalan. Perhatikan napasmu saat berbicara. Dengarkan getaran dunia, melalui kulit, mata, dan dada yang berdegup.

Di dunia yang makin sibuk ini, sering kali kita kehilangan hubungan dengan tubuh kita sendiri. Kita lupa istirahat, tak sadar bernapas, tak peka dengan alarm tubuh. Padahal, tubuh adalah jembatan kita dengan dunia. Melalui tubuh, kita belajar menjadi manusia. Bukan hanya sebagai makhluk yang berpikir, tetapi juga merasa dan mengalami.

Relevansi Hari Ini: Tubuh Tak Pernah Bisa Dipalsukan oleh Teknologi

Pemikiran Merleau-Ponty tentang tubuh terasa semakin penting dalam konteks kehidupan kita saat ini, terutama ketika hubungan antar manusia banyak terjadi lewat layar.

Kita bisa mengirim pesan dalam hitungan detik, melakukan panggilan video lintas benua, bahkan belajar atau bekerja dari rumah. Teknologi memang memberi banyak kemudahan, namun ia juga menghadirkan jarak yang tak terlihat.

Pernahkah kamu merasa bahwa suara yang terdengar langsung di telinga itu lebih mengena daripada suara dari speaker? Atau bahwa bertemu langsung itu lebih menghangatkan daripada melihat wajah lewat layar handphone? Di sinilah kita menyadari bahwa komunikasi bukan tentang kata-kata, tapi juga tentang kehadiran tubuh.

Hal yang sama berlaku dalam dunia pembelajaran. Kita bisa mengikuti kelas online, membaca materi digital, dan berdiskusi lewat forum. Namun, perasaan ketika duduk bersama teman-teman, mendengar suara guru secara langsung, melihat ekspresi wajah mereka—itu semua menghadirkan pengalaman yang berbeda. Tubuh-tubuh yang hadir bersama menciptakan suasana, rasa, dan kedalaman yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh layar atau teknologi.

Merleau-Ponty membantu kita memahami mengapa hal-hal itu penting. Baginya, tubuh bukan sebatas alat untuk hadir, tapi kehadiran itu sendiri. Teknologi bisa meniru suara, wajah, bahkan gerak tubuh, tapi ia tak pernah bisa menggantikan tubuh yang dengannya kita mengalami dunia.[]


Penulis: Arizul Suwar
Ilustrasi: Bridge, Sunset, People/Pixabay.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan