Indonesia di Simpang Geopolitik: Momentum Prabowo dan Rusia untuk Keamanan Maritim

Indonesia di Simpang Geopolitik: Momentum Prabowo dan Rusia untuk Keamanan Maritim
INTIinspira - Situasi geopolitik global yang kian memanas, khususnya terkait eskalasi konflik di Timur Tengah, memberi pelajaran berharga bagi Indonesia.

Serangan dari Amerika Serikat dan Israel ke situs-situs strategis Iran, serta respons balasan dari Garda Revolusi Iran (IRGC), bukan semata soal dinamika di kawasan itu, tetapi juga soal kontestasi teknologi pertahanan, kontrol jalur energi global, dan dominasi logistik maritim.

Dalam konteks ini, Indonesia, dengan panjang garis pantai terluas di dunia dan posisinya yang berada di titik strategis pelayaran global, perlu memposisikan ulang prioritas kerja dan pertahanannya.

Presiden Prabowo Subianto, yang memiliki komunikasi erat dengan Presiden Vladimir Putin, berada dalam momentum yang sangat strategis untuk memperkokoh kemampuan pertahanan udara dan laut Indonesia melalui kerja sama dengan Rusia.

Selat Malaka: Jantung Arus Perdagangan Dunia

Indonesia berdiri di jantung salah satu jalur pelayaran tersibuk dan paling vital bagi perekonomian global yaitu Selat Malaka.

Selat ini menghubungkan Samudra Hindia dengan Samudra Pasifik, dan setiap tahun dilintasi oleh lebih dari 100.000 kapal dari berbagai negara. Sekitar 25–30% perdagangan global dan sebagian besar kebutuhan energi kawasan Asia Timur mengandalkan selat ini.

Artinya, siapa pun yang dapat menjamin keamanan dan kelancaran pelayaran di Selat Malaka, juga memegang kunci bagi stabilitas ekonomi dan keamanan global. Dalam konteks ini, kemampuan pertahanan udara dan laut Indonesia bukan saja soal kedaulatan negara, tetapi juga soal tanggung jawab dan nilai tawar Indonesia di panggung internasional.

Teknologi Pertahanan Rusia yang Teruji di Berbagai Medan Operasi

Konflik yang terus bergulir dari Timur Tengah hingga kawasan Eropa Timur memberi gambaran bahwa teknologi pertahanan Rusia, khususnya sistem pertahanan udara dan laut, terbukti andal menghadapi berbagai bentuk agresi teknologi Barat.

Berbagai sistem pertahanan Rusia, seperti S-400, S-500, dan sistem rudal anti kapal Bastion, telah memperlihatkan daya tangkal signifikan.

Jika Indonesia dapat menjalin kerja sama pertahanan strategis dengan Rusia, teknologi ini dapat digunakan untuk memperbarui sistem pertahanan udara dan maritim Indonesia dari pola reaktif menjadi proaktif.

Dengan teknologi ini, Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pemain kunci dalam mengamankan kawasan Asia-Pasifik, termasuk memastikan keamanan dan kelancaran pelayaran di Selat Malaka dari berbagai bentuk ancaman eksternal.

Pentingnya Kemandirian dalam Keamanan Maritim Indonesia

Indonesia berada di titik strategis pelayaran global, khususnya Selat Malaka, Selat Sunda, hingga Selat Lombok.

Ancaman dari berbagai pihak yang mungkin muncul di tengah pola peperangan modern – mulai dari pelanggaran kedaulatan hingga ancaman terhadap jalur energi dan logistik global – menuntut Indonesia untuk membekali angkatan laut dan udara dengan teknologi pertahanan terkini.

Rusia, dengan pengalaman panjang dan teknologi pertahanan maritim yang matang, dapat menjadi mitra strategis bagi Indonesia untuk mengembangkan kemampuan pertahanan maritim dan udara yang mandiri, dari teknologi kapal selam dan sistem rudal antikapal hingga pertahanan pesisir yang dapat menjamin kedaulatan dan stabilitas wilayah maritim Indonesia.

Diversifikasi Strategi Pertahanan di Tengah Multipolaritas Global

Saat negara-negara Barat terus berusaha memonopoli teknologi pertahanan dan aliansi keamanan global, Indonesia sebagai negara dengan politik luar negeri bebas aktif perlu memanfaatkan peluang kerja sama dengan negara BRICS, khususnya Rusia dan Cina.

Hal ini memungkinkan Indonesia memperluas basis teknologi pertahanan, mengurangi ketergantungan pada satu blok atau negara tertentu, dan memperluas daya tawar strategis Indonesia di tingkat global.

Dalam konteks ini, kerja sama dengan Rusia dapat memberi Indonesia alternatif teknologi dan pelatihan pertahanan dari mitra yang dapat diandalkan, khususnya untuk mengamankan perairan vital seperti Selat Malaka dari berbagai bentuk gangguan dan ancaman.

Penutup: Kesempatan Bersejarah bagi Indonesia

Indonesia berada di persimpangan strategis yang membutuhkan visi dan langkah nyata dari pemimpinnya. Eskalasi konflik global yang kian kompleks memberi pelajaran bahwa pertahanan negara tidak dapat sepenuhnya bergantung pada kerja sama dengan negara atau blok tertentu.

Indonesia memerlukan pola kerja sama pertahanan multi-vektor, termasuk dengan Rusia, guna menjamin kedaulatan dan memastikan keamanan kawasan maritim dari berbagai bentuk risiko dan ancaman.

Presiden Prabowo Subianto berada dalam momentum yang tepat untuk menjadikan kerja sama dengan Rusia sebagai salah satu pilar pertahanan strategis Indonesia.

Dengan memanfaatkan teknologi dan pengalaman Rusia, Indonesia dapat memperkokoh kemampuan pertahanan udara dan laut guna menjamin kedaulatan negara dan memastikan perannya sebagai pemain aktif dalam percaturan global yang semakin multipolar.

Pada akhirnya, kerja sama ini bukan hanya soal teknologi atau pertahanan semata, tetapi soal membentuk Indonesia sebagai negara yang berdiri tegak dan mandiri di tengah perubahan lanskap keamanan global. Selat Malaka, sebagai jalur vital pelayaran dunia, tidak hanya harus dijaga dari ancaman eksternal, tetapi juga dapat dijadikan titik tawar Indonesia untuk mempertegas perannya dalam mengamankan masa depan kawasan Indo‑Pasifik dan ekonomi global.[]


Penulis: Muhammad Amin, Peminat Geopolitik, Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Maritim (STIMAR "AMI") Jakarta
Ilustrasi: Close-Up Photo of Assorted Color of Push Pins on Map/Pexels.com
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan