Clock

Generasi Z: Tekanan untuk Tampil Sempurna di Media Sosial dan Tips Menghadapinya

Ilustrasi generasi z
Ilustrasi Generasi Z dengan Tekanan Media Sosial


Generasi Z hidup dalam gempuran teknologi informasi. Media sosial telah menciptakan berbagai tekanan bagi mereka. Tekanan yang dimaksud ialah tekanan untuk memperlihatkan kehidupan yang sempurna. Generasi Z dililit oleh hasrat untuk selalu tampil sempurna tanpa cacat sedikit pun.

Oleh: Arizul Suwar

Generasi Z: Tekanan Media Sosial untuk Terlihat Sempurna

Generasi Z dikenal juga sebagai Gen Z, merupakan individu yang lahir antara pertengahan tahun 1990-an sampai awal 2010-an.

Generasi Z tumbuh di tengah kemajuan teknologi dan informasi yang pesat, ditandai dengan penggunaan media sosial, dan akses tak terbatas pada gadget.

Generasi Z hidup dalam gempuran teknologi informasi. Dunia maya (media sosial) yang menjadi dunia ke dua, di samping dunia nyata keseharian, ternyata telah menciptakan berbagai tekanan bagi mereka.

Tekanan yang dimaksud ialah tekanan untuk memperlihatkan kehidupan yang sempurna. 

Generasi Z dililit oleh hasrat untuk selalu tampil sempurna tanpa cacat sedikit pun.

Beberapa aspek tekanan media sosial, yang melilit Generasi Z untuk tampil sempurna, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Gambaran Kehidupan yang Sempurna

Media sosial sering menampilkan kehidupan yang tampak ideal alias tanpa cacat. 

Media sosial melalui berbagai kontennya, telah membangun realitas baru, realitas yang tak jarang bertolak belakang dengan dunia nyata keseharian.

Generasi Z melihat berbagai postingan tentang perjalanan mewah, tubuh yang sempurna, dan kesuksesan tanpa hambatan. 

Semua itu tersaji lengkap dalam media sosial. Postingan-postingan itu, entah bagaimana berhasil menghipnotis Generasi Z untuk percaya dan meyakini bahwa itu semua adalah kenyataan atau realitas yang sesungguhnya.

Generasi Z lalu terpengaruh dengan itu, dan tanpa sadar hasrat untuk menampilkan diri sebagai sosok yang sempurna, sebagaimana yang mereka lihat dalam media sosial itu perlahan melilit kesadaran dan akhirnya menjadi tekanan mental bagi mereka. 

Generasi Z akhirnya juga menginginkan standar yang sama dengan apa-apa yang muncul dalam media sosial. 

Mereka akhirnya, dengan segala cara, ingin untuk tampil lebih baik di depan orang lain.

2. Perbandingan dengan Orang Lain

Generasi Z sering membandingkan diri mereka dengan orang lain di media sosial. 

Setiap saat mereka melihat penampilan, gaya hidup, dan prestasi orang lain. 

Sebab itu, akhirnya mereka mengalami tekanan dalam diri untuk bisa mencapai hal yang sama sebagaimana orang lain.

3. Ketidakpuasan Diri

Berbagai postingan di media sosial yang menampilkan kesempurnaan, rupanya memunculkan rasa tidak puas diri pada Generasi Z. 

Tidak puas diri yang dimaksud ialah merasa tidak cukup dan tidak sebanding dengan orang lain di media sosial.

Generasi Z merasa tidak cukup baik, tidak cukup menarik daripada orang lain, yang akhirnya perasaan itu menjadi tekanan tersendiri bagi mental mereka.

4. Kecanduan Validasi Online

Bagi Generasi Z, jumlah “like”, komentar, dan pengikut di media sosial, merupakan ukuran kesuksesan dan popularitas. 

Mereka akan cemas dan menderita jika postingannya tidak mendapat respon sebagaimana yang diharapkan.

Ketika memosting sesuatu, dan ternyata postingan itu tidak mendapatkan respon sebagaimana yang diinginkan, rasa cemas, jengkel, tidak terima, lalu bercokol dalam pikiran mereka.

5. Pengaruh pada Kesehatan Mental

Tekanan untuk terlihat sempurna di media sosial, telah membawa dampak negatif bagi mental Generasi Z.

Tekanan itu sangat mungkin untuk menimbulkan stress, depresi, dan perasaan tidak mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh media sosial.

Generasi Z perlu menyadari bahwa, kehidupan yang ditampilkan di media sosial itu bukanlah kehidupan yang sesungguhnya. 

Dalam kehidupan ini, tidak ada yang sempurna sedemikian rupa. Tidak ada kesuksesan tanpa proses yang berat, tidak ada yang instant dalam hidup ini.

Kebanyakan isi dari postingan di media sosial adalah konten rekayasa. Persis semacam sinetron yang penuh drama. 

Lebih jauh, kita bisa bertanya, apakah orang yang menampilkan kesempurnaan di media sosial itu benar-benar sempurna dalam kehidupan nyata kesehariannya? 

Jika memang benar, lantas mengapa ada fenomena depresi, kecanduan narkoba, bahkan bunuh diri pada orang-orang yang terkenal dan populer itu? Ini mestilah kita renungkan dengan seksama.

Tips Bagi Generasi Z untuk Menghadapi Tekanan dan Dampak Negatif di Media Sosial

Ada beberapa tips untuk Generasi Z agar merasa lebih santai dalam menghadapi gempuran teknologi dan informasi, khususnya menghadapi dampak negatif dari berbagai postingan di media sosial yang seakan-akan menampilkan kesempurnaan hidup.

1. Pahami Nilai Diri

Sangat penting bagi Generasi Z untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri dengan jujur. 

Jika itu sudah dikenali, berfokuslah pada apa saja yang membuat kita unik dan berharga.

Setiap orang tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini. Terima dan akuilah itu dengan jujur.

Pengakuan terhadap kekurangan diri tentunya lebih penting, karena dengan itu, kita dapat memperbaiki kekurangan tersebut. 

Selanjutnya berfokuslah pada hal-hal yang membuat kita unik, ingatlah bahwa setiap orang di dunia ini tentu memiliki garis tangan masing-masing yang berbeda, jadilah dirimu sendiri (be yourself)

2. Batasi Perbandingan dengan Orang Lain

Hindari membanding-bandingkan diri dengan orang lain di media sosial. 

Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kehidupan dan takdir masing-masing. Sehingga tidaklah make sense jika dibanding-bandingkan. 

Menjadikan orang lain sebagai motivasi untuk menyemangati diri tentunya penting. 

Namun, bukan berarti kita harus menjadi orang tersebut, penting untuk membatasi dari membanding-bandingkan ini.

3. Jaga Kesehatan Mental

Prioritaskan kesehatan mental. Cara cara untuk mengelola stres, seperti meditasi, olahraga, atau berbicara dengan teman di dunia nyata keseharian.

4. Hargai Tubuh Anda

Jangan terlalu keras pada diri sendiri terkait penampilan fisik. 

Bagaimanapun, kecantikan dan ketampanan itu tidak melulu menjadi patokan utama dalam hidup, tidak semua orang menjadikan itu sebagai ukuran utama dalam menilai seseorang.

5. Temukan Hobi dan Minat

Temukan kegiatan yang Anda nikmati dan yang membuat Anda merasa bersemangat. Hobi dan minat dapat meningkatkan rasa percaya diri.

6. Bangun Hubungan yang Positif

Cari teman-teman yang mendukung dan memahami kita. Hindari lingkungan yang merendahkan atau merugikan.

7. Jadilah Kritis terhadap Media Sosial

Sadari bahwa apa yang terlihat di media sosial tidak selalu mencerminkan realitas. 

Jangan biarkan jumlah “like” atau komentar menentukan harga diri kita.

Kesimpulan

Ingatlah bahwa setiap individu berharga dan memiliki potensi untuk berkembang. 

Setiap kita tidak sendirian dalam perasaan ini, dan banyak orang mengalami hal yang sama. Jadi, berikan diri sendiri kesempatan untuk tumbuh dan belajar.[]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan