Ketika Nyawa Sudah di Tenggorokan, Manusia akan Menyaksikan Kebenaran


Oleh: Ramli Cibro*

Dalam kitab Tuhfah Al Mursalah, karangan Syaikh Fahdullah Al Burhanpuri Al Hindi, beliau menyandingkan antara ayat wa nahnu aqrabu ilaihi min hablil warid (Qaf 16) dengan rangkaian surat Al-Waqi’ah fa lau la iza balaghatil hulqum, wa antum hina izin tanzurun, wa nahnu aqrabu ilahi minkum wa lakin la tubsirun (Al-Waqi’ah: 83-85). Dan Kami (Tuhan) lebih dekat dengan manusia daripada urat leher mereka (Qaf:16). Dan ketika telah sampai ruh kepada tenggorokan, ketika itu manusia menyaksikan Tuhannya. Sesungguhnya kami lebih dekat dari apa yang mereka duga, hanya saja manusia tidak melihatnya (Al-Waqi’ah: 83-85).

Pesan tersebut seperti hendak menyatakan bahwa tenggorokan lebih dekat daripada urat leher karena posisinya di tengah tubuh bagian atas. Sedangkan urat leher berada di sisi kiri dan kanan kerongkongan. 

Di sisi lain, terdapat kisah yang cukup terkenal ketika Fir’aun tenggelam dan nyawa sudah sampai ke tenggorokan, akhirnya ia bertaubat, walaupun taubatnya dikabarkan tidak diterima. Namun pertanyanya, mengapa Fir’aun bertaubat ketika nyawa (ruh) telah sampai ke tenggorokan?

Ketika nyawa telah sampai ke tenggorokan, ternyata di sana Fir’aun menyaksikan Tuhan. Dan ketika Tuhan Al Haq sudah terlihat, baru ia kemudian menjadi yakin dan bermaksud menyatakan keimanan. Tapi semua sudah terlambat. Taubatnya tidak lagi diterima. Andai Fir’aun bertobat ketika ruh baru sampai dada, mungkin masih ada kesempatan. 

Tapi nyatanya, Fir’aun baru menyadari itu ketika nyawa sudah sampai ke hulkum (tenggorokan), karena terhijab oleh kedirian yang teramat besar. Artinya, bagi Fir’aun, Tuhan baru ber-tajalli ketika ia sudah berada di ujung ajal. Karena, ketika pintu hijab telah terbuka maka pintu taubat juga tertutup. 

Tapi apakah peristiwa menyaksikan Tuhan ketika sudah sampai hulkum itu hanya dialami oleh Fir’aun. Sepertinya tidak. Dugaan saya, setiap manusia, di mana pun ia berada dan siapapun ia, akan menyaksikan Tuhan, ketika ruh sudah hendak pamit dan sampai ke pintu hulkum di batang leher. 

Ketika itu, seperti diisyaratkan, bahwa ketika nyawa telah sampai ke hulkum atau tenggorokan, maka manusia akan menyaksikan Tuhan. Dia menyadari dengan penuh penyesalan, bahwa sebenarnya Tuhan itu terlampau dekat. Hanya saja mereka terlambat menyadari.

Di bagian lain, Tuhan memberi pesan, bahwa dekatnya Tuhan dengan hamba itu malah melebihi kedekatan manusia dengan urat lehernya sendiri. Apakah isyarat lebih dekat dari urat leher adalah di tenggorokan itu sendiri. Nyatanya, tenggorokan lebih dekat daripada urat leher dengan makna setidaknya tenggorokan terletak di tengah dan urat leher berada lebih pinggir. 

Lalu, apakah artinya bahwa sejatinya Tuhan hadir di tenggorokan manusia, sehingga ketika nyawa pamit dan berjalan melewati tenggorokan, di sana ia berjumpa Tuhan? Semua isyarat tersebut menunjukkan setidaknya beberapa hal. 

Pertama, bahwa kedekatan Tuhan dengan manusia melampaui kedekatan urat leher. Banyak ayat yang mengisyaratkan kedekatan tersebut, walaupun sebaiknya kita memahami kedekatan secara logis-rasional, bukan kedekatan dalam perspektif tempat dan waktu. 

Kedua, bahwa ketika nyawa sudah sampai ke tenggorokan, Fir’aun dan kebanyakan dari kita melihat Tuhan lalu secara otomatis akan bertaubat. Tapi taubat ketika nyawa sudah di tenggorokan bukanlah taubat yang diterima. Mungkin jika manusia bertaubat ketika nyawa baru sampai dada, perkarana akan beda. 

Ketiga, bahwa, secara logika tenggorokan lebih dekat daripada urat leher dan artinya, ketika nyawa melalui urat leher, dia menyaksikan tajalli Tuhan yang telah bersemayam di disana, jauh hari bahwa sebelum manusia itu dilahirkan. 

Bahwa tenggorokan lebih dekat dari urat leher dan bahwa Fir’aun menyaksikan Tuhan ketika nyawa sudah sampai tenggorokan, dan ketika itu ia tercekat (mungkin juga karena air laut sudah memenuhi, mulut, hidung, lambung dan paru-paru) Fir’aun bertaubat, tapi taubatnya terlambat?

Setiap kita akan menyaksikan kebenaran, fa antum hina izin tanzurun. Bahwa pada ketika hari kiamat ( ketika ajal tiba) kita akan menyaksikan kekuasaan-Nya (Al-Waqi'ah: 84). []

* Dosen STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan