Masihkah Membaca Penting di Tengah Banjir Konten Digital?

ilustrasi orang memegang iphone
INTIinspira - Untuk apa membaca, jika sekarang hampir semua hal bisa kita akses lewat layar dan suara? Apakah membaca masih punya tempat di era digital ini? 

Pertanyaan yang cukup menggelisahkan inilah yang memicu lahirnya tulisan ini.

Untuk mencari jawabannya, kita bisa menengok gagasan Mortimer J. Adler dan Charles Van Doren dalam bukunya How to Read a Book

Keduanya membagi fungsi membaca menjadi tiga: memperoleh informasi, memahami, dan menikmati kesenangan.

Ketiga fungsi ini menjadi alasan mengapa membaca tetap relevan dan penting, meskipun teknologi modern menawarkan berbagai cara lain untuk mendapatkan informasi. 

Mari kita bahas satu per satu dengan sederhana.

Pertama, Membaca untuk Mendapatkan Informasi

Fungsi pertama membaca adalah untuk memperoleh informasi. 

Dalam konteks ini, membaca bersifat praktis dan langsung. Tujuannya adalah mengetahui fakta, data, atau instruksi yang dibutuhkan.

Misalnya, seorang siswa membaca buku pelajaran sejarah untuk mengetahui tanggal-tanggal penting dalam perang melawan penjajah. Ia tidak terlalu memikirkan mengapa perang itu terjadi atau apa dampak yang ditimbulkan oleh perang, tetapi fokus pada fakta dasar yang harus diingat.

Contoh lain adalah membaca artikel berita. Ketika seseorang ingin mengetahui hasil pertandingan sepak bola atau kondisi cuaca, membaca berita memberikan informasi yang cepat dan jelas.

Bahkan, manual atau panduan penggunaan suatu alat juga termasuk jenis membaca ini. Seseorang yang baru membeli blender akan membaca buku petunjuk untuk mengetahui cara merakit, menyalakan, dan membersihkan alat tersebut.

Dengan demikian, membaca untuk informasi adalah fondasi awal dari kegiatan membaca. Tanpa fungsi ini, kita akan sulit mengetahui dunia di sekitar dengan akurat.

Namun, membaca untuk informasi tidak selalu berhenti pada fakta sederhana. Kadang, membaca informasi juga dapat membantu kita mengambil keputusan.

Misalnya, sebelum membeli HP, seseorang membaca spesifikasi produk, review pengguna, dan perbandingan harga. Semua informasi ini digunakan untuk menentukan pilihan terbaik.

Jadi, membaca untuk informasi lebih dari sekadar menambah pengetahuan, lebih jauh aktivitas ini dapat memudahkan kita dalam mengambil keputusan sehari-hari.

Kedua, Membaca untuk Memahami

Fungsi membaca yang kedua adalah untuk memahami. 

Berbeda dengan sebelumnya, membaca untuk memahami ini menuntut pemikiran lebih dalam. Tujuannya adalah menangkap makna, ide, dan argumen penulis.

Membaca jenis ini membutuhkan perhatian, refleksi, dan kadang diskusi untuk memastikan kita benar-benar memahami apa yang disampaikan.

Contohnya dapat ditemukan dalam membaca buku nonfiksi, seperti buku filsafat, psikologi, atau sejarah.

Seorang mahasiswa psikologi yang membaca buku tentang teori perilaku manusia tidak hanya menyalin definisi dan teori, tetapi mencoba memahami mengapa perilaku manusia dapat diprediksi dengan cara tertentu.

Dia memikirkan dampak teori tersebut, membandingkannya dengan pengalaman sehari-hari, dan bertanya-tanya apakah ada bukti lain yang mendukung atau menentang teori itu. 

Proses ini jauh lebih dalam daripada sekadar menghafal istilah atau konsep.

Contoh lain adalah membaca esai atau opini. Misalnya, membaca opini tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental memerlukan pemahaman terhadap argumen penulis.

Kita harus menangkap premis atau dasar pemikiran yang digunakan, alasan yang diberikan, dan kesimpulan yang ditarik. Kadang, kita juga perlu menilai apakah argumen itu logis dan kuat.

Dengan demikian, membaca untuk memahami ini melatih berpikir kritis dan mengasah kemampuan analisis kita.

Ketiga, Membaca untuk Kesenangan

Fungsi membaca yang ketiga adalah untuk kesenangan. 

Membaca untuk kesenangan menekankan aspek emosional dan estetika, bukan sekadar fakta atau argumen. Kegiatan ini memberikan pengalaman menyenangkan, menenangkan, atau menghibur.

Banyak orang membaca novel, puisi, atau cerita pendek semata-mata karena ingin merasakan pengalaman tertentu, membayangkan dunia yang berbeda, atau menikmati gaya bahasa penulis.

Sebagai contoh, membaca novel fantasi seperti Harry Potter atau Lord of the Rings memberikan pengalaman imajinatif. 

Pembaca dibawa masuk ke dunia sihir, bertemu karakter-karakter unik, dan mengikuti petualangan menegangkan. 

Di sini, kesenangan muncul dari cerita itu sendiri, bukan dari informasi atau analisis. 

Demikian pula, membaca puisi karya Chairil Anwar atau Sapardi Djoko Damono bisa memunculkan perasaan tersentuh, refleksi, atau ketenangan batin.

Bahkan, membaca untuk kesenangan tidak selalu terbatas pada fiksi. Beberapa orang menikmati membaca buku nonfiksi dengan gaya naratif yang ringan, misalnya buku memoar atau biografi tokoh terkenal. 

Di sini, pembaca belajar sedikit, tetapi lebih karena menikmati perjalanan hidup tokoh tersebut dan cara penulis menceritakannya.

Fungsi Membaca dalam Kehidupan Sehari-hari

Ketiga fungsi membaca—informasi, pemahaman, dan kesenangan—seringkali tumpang tindih dalam praktik sehari-hari.

Misalnya, seseorang yang membaca novel sejarah bisa mendapatkan informasi tentang peristiwa masa lalu, memahami konteks sosial dan politik saat itu, sekaligus menikmati cerita dan karakter yang diciptakan penulis.

Begitu juga, membaca artikel sains populer bisa memberikan fakta ilmiah, membangun pemahaman tentang konsep kompleks, dan sekaligus menyenangkan karena disajikan dengan bahasa yang menarik.

Contoh lain dapat ditemukan dalam membaca digital di era sekarang. Saat membaca blog atau artikel online, pembaca bisa mencari informasi tertentu, memahami pandangan penulis, dan menikmati gaya penulis dalam menyampaikan cerita atau opini.

Bahkan media sosial pun bisa menjadi sumber kesenangan membaca jika seseorang menikmati cerita, meme, atau narasi pendek yang menghibur.

Selain itu, fungsi membaca juga memiliki manfaat jangka panjang.

Membaca untuk informasi memperluas pengetahuan dan keterampilan. Membaca untuk memahami melatih berpikir kritis dan analitis. Sedangkan membaca untuk kesenangan dapat meningkatkan kreativitas, empati, dan kesejahteraan mental.

Ketiga fungsi ini bersama-sama membentuk pembaca yang tidak hanya tahu banyak, tetapi juga mampu berpikir mendalam dan merasakan dunia dengan lebih kaya.

Mengoptimalkan Fungsi Membaca

Agar membaca efektif, penting untuk menyesuaikan tujuan dengan metode membaca.

Jika tujuan kita adalah mendapatkan informasi, membaca cepat atau skimming bisa cukup. 

Jika tujuan kita adalah memahami, maka membaca mendalam dan membuat catatan akan membantu. 

Sedangkan jika membaca untuk kesenangan, penting untuk memilih buku atau teks yang sesuai minat, sehingga pengalaman membaca menjadi menyenangkan dan memuaskan.

Kunci lainnya adalah kesadaran akan tujuan membaca.

Banyak orang membaca tanpa tujuan yang jelas sehingga informasi mudah terlupakan, pemahaman dangkal, dan kesenangan kurang maksimal.

Dengan mengetahui apakah kita membaca untuk informasi, pemahaman, atau kesenangan, kita bisa mengatur waktu, fokus, dan strategi membaca dengan lebih tepat.

Namun, di tengah semua manfaat tersebut, muncul pertanyaan baru: 

Bagaimana posisi membaca di era digital saat ini? Banyak orang mulai beralih ke media lain seperti video singkat atau podcast untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Lalu, apakah membaca masih tetap relevan? Mari kita coba jawab.

Membaca di Era Digital: Masihkah Relevan?

Di era digital, banyak orang lebih suka menonton video singkat di TikTok atau mendengarkan podcast dibandingkan membaca buku atau artikel.

Memang, media audiovisual tersebut menawarkan kepraktisan: kita bisa menerima informasi sambil melakukan aktivitas lain, seperti berjalan, memasak, atau berkendara.

Namun, banyak orang kemudian beranggapan bahwa membaca bisa digantikan sepenuhnya.

Apalagi sekarang hampir semua video dan podcast sudah menyediakan transkrip otomatis, sehingga dianggap sama saja dengan membaca. 

Padahal, membaca memiliki kelebihan yang tidak bisa digantikan sepenuhnya oleh menonton atau mendengarkan.

Pertama, membaca membuat kita lebih aktif secara mental. Ketika membaca, otak harus bekerja lebih keras untuk mengenali simbol huruf, menghubungkannya menjadi kata dan kalimat, lalu menafsirkan maknanya.

Proses ini menuntut partisipasi aktif, berbeda dengan menonton atau mendengarkan yang lebih bersifat pasif. Inilah sebabnya membaca seringkali menghasilkan pemahaman yang lebih dalam.

Bayangkan seorang anak belajar membaca buku cerita: ia harus mengeja, memahami alur, dan membayangkan tokoh.

Bandingkan dengan anak yang hanya menonton kartun dari cerita yang sama—ia lebih banyak menerima gambar dan suara tanpa perlu mengolah simbol bahasa. Contoh sederhana ini menunjukkan betapa membaca melatih otak lebih keras.

Kedua, membaca melatih kedalaman berpikir. Video atau audio cenderung menyajikan informasi secara cepat dan padat, bahkan kadang hanya di permukaan. Membaca memaksa kita berhenti, merenung, atau mengulang bagian yang sulit.

Misalnya, memahami teori filsafat atau argumen ilmiah akan jauh lebih kokoh jika dipelajari lewat teks, dibanding hanya mendengarkan ringkasannya lewat podcast lima menit.

Apalagi hanya sebatas mendengar quotes-quotes yang sering kali hanya potongan dari pemikiran yang lebih panjang. Kutipan singkat memang bisa memberi motivasi instan, tetapi sering kehilangan konteks aslinya.

Misalnya, sebuah kalimat dari filsuf besar bisa terdengar seolah-olah mendukung pandangan tertentu, padahal jika dibaca dalam teks lengkap justru memiliki makna berbeda.

Tanpa konteks, kutipan itu mudah disalahartikan, bahkan bisa digunakan untuk tujuan yang bertolak belakang dengan maksud penulis sebenarnya.

Contohnya, kutipan NietzscheTuhan sudah mati” sering dipahami sebagai seruan ateisme, padahal dalam konteks bukunya itu adalah refleksi tentang runtuhnya fondasi moral tradisional di Eropa. Orang yang hanya membaca kutipannya bisa keliru total dalam menafsirkan.

Di sinilah mengapa membaca teks utuh dapat memberi kesempatan untuk memahami gagasan secara menyeluruh, sehingga tidak terjebak pada pemahaman yang sepotong-sepotong.

Ketiga, membaca menumbuhkan imajinasi dan konsentrasi. Saat membaca novel, pembaca membayangkan tokoh, suasana, dan alur cerita di dalam pikiran.

Imajinasi itu adalah hasil kerja otak, bukan sekadar menonton visual yang sudah jadi.

Begitu juga, membaca artikel panjang melatih kita fokus dalam jangka waktu tertentu—sesuatu yang sering hilang jika hanya terbiasa dengan potongan video singkat.

Misalnya, membaca Harry Potter memungkinkan setiap pembaca membayangkan Hogwarts dengan versinya sendiri. 

Tetapi setelah menonton filmnya, bayangan itu jadi “terkunci” pada versi yang dibuat sutradara. Dengan kata lain, menonton film menyempitkan imajinasi kita.

Inilah kelebihan membaca, ia membuka ruang luas bagi imajinasi pribadi, tidak dibatasi oleh karakter yang dibuat oleh sutradara.

Keempat, membaca meninggalkan jejak pengetahuan yang lebih kuat. Informasi yang diperoleh melalui membaca biasanya lebih mudah diingat jangka panjang dibandingkan informasi yang hanya didengar atau dilihat sekilas.

Ini disebabkan membaca adalah aktivitas aktif, sedangkan menonton dan mendengarkan lebih pasif. Karena itu, orang yang rajin membaca biasanya memiliki daya ingat dan pemahaman lebih mendalam terhadap suatu topik.

Contoh sederhananya begini, banyak orang sulit mengingat detail isi podcast yang mereka dengarkan seminggu lalu, tapi bisa mengingat alur novel atau pelajaran dari buku yang mereka baca bertahun-tahun sebelumnya. Hal ini karena membaca melibatkan lebih banyak proses mental yang menancapkan memori lebih dalam.

Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, jelas bahwa membaca tidak bisa digantikan sepenuhnya oleh menonton TikTok atau mendengarkan podcast.

Media audiovisual bisa menjadi pelengkap, tetapi membaca tetap menjadi fondasi utama dalam membangun pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan berpikir kritis.[]

Penulis: Arizul Suwar (Magister Pendidikan, penulis buku Semoga Semua Makhluk Berbahagia, aktif menulis artikel reflektif dan ilmiah-populer tentang pendidikan, literasi, serta nilai-nilai kemanusiaan).

Ilustrasi: Person Holding Iphone/Pexels.com
Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan