Psikologi Positif Islami: Menemukan Kebahagian melalui Iman dan Rasa Syukur
Oleh: Raudhatul Jannah*
Psikologi positif adalah bidang ilmu yang fokus pada aspek-aspek positif manusia, seperti kebahagiaan, kesejahteraan, dan pengembangan potensi diri. Pendekatan ini menekankan pentingnya kekuatan individu dan komunitas untuk mencapai kehidupan yang bermakna dan bahagia.
Dalam konteks Islam, psikologi positif mendapatkan dimensi tambahan melalui prinsip-prinsip iman dan kebersyukuran yang diajarkan dalam Al-Quran dan Hadis. Iman (kepercayaan kepada Allah) dan syukur (rasa terima kasih) adalah pilar penting yang membantu individu menemukan kebahagiaan sejati.
Iman sebagai Dasar Kebahagian Sejati
Dalam Islam, iman adalah fondasi yang mengarahkan segala aspek kehidupan seorang muslim.
Iman kepada Allah memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami dunia dan peristiwa yang terjadi di dalamnya.
Surah Al-Baqarah ayat 286 menegaskan bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Keyakinan ini memberikan rasa tenang dan yakin bahwa setiap ujian yang dihadapi pasti bisa dilewati dengan kekuatan dan bantuan dari Allah.
Iman juga membantu mengarahkan seseorang pada tujuan hidup yang lebih besar. Dalam Al-Quran, Allah berfirman, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (QS. Adh-Dhariyat: 56).
Menyadari bahwa hidup ini memiliki tujuan yang lebih tinggi daripada sekadar keberadaan fisik, memberikan makna dan arah yang jelas.
Ini membantu individu untuk tetap teguh dan optimis dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, karena mereka yakin bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan adalah bentuk ibadah dan akan mendapat balasan dari Allah.
Iman juga mendukung pengembangan sikap sabar dan tawakkal (berserah diri kepada Allah). Ketika seseorang menghadapi kesulitan, iman mengajarkan bahwa ada hikmah di balik setiap kejadian.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu juga baik baginya" (HR. Muslim).
Dengan demikian, iman membantu seseorang untuk tetap positif dan tidak mudah putus asa.
Kebersyukuran sebagai Kunci Kebahagiaan
Syukur adalah sikap yang sangat dianjurkan dalam Islam. Al-Quran berulang kali menekankan pentingnya bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan.
Salah satu ayat yang terkenal mengenai kebersyukuran adalah, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'" (QS. Ibrahim: 7).
Ayat ini menunjukkan bahwa syukur tidak hanya mendatangkan tambahan nikmat tetapi juga menjaga kita dari azab. Kebersyukuran memiliki dampak positif yang signifikan pada kesejahteraan emosional.
Penelitian dalam psikologi positif menunjukkan bahwa orang yang bersyukur cenderung lebih bahagia, lebih puas dengan hidup mereka, dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik.
Syukur membantu seseorang untuk fokus pada aspek-aspek positif dalam hidup mereka, daripada terjebak dalam hal-hal yang negatif atau kekurangan.
Dengan demikian, syukur memperkuat mentalitas kelimpahan dan mengurangi stres serta kecemasan. Dalam Islam, kebersyukuran juga merupakan bentuk ibadah.
Mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) setelah mendapatkan nikmat atau bahkan saat menghadapi kesulitan adalah cara untuk mengingat dan mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Allah.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, ia tidak bersyukur kepada Allah" (HR. Abu Dawud).
Hadis ini mengajarkan bahwa syukur juga harus diwujudkan dalam bentuk hubungan yang baik dengan sesama manusia.
Menghargai kebaikan orang lain dan berterima kasih adalah bagian dari syukur yang membawa kebahagiaan dalam interaksi sosial kita.
Menemukan kebahagiaan sejati melalui iman dan kebersyukuran memerlukan praktik yang konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa cara untuk mengimplementasikannya.
Memperdalam ilmu agama melalui membaca Al-Quran, hadits, dan literatur Islami lainnya dapat memperkuat iman.
Pertama, salat lima waktu adalah kewajiban yang juga menjadi momen untuk mengingat Allah dan bersyukur atas nikmat-Nya.
Selain itu, doa-doa harian yang dianjurkan dalam Islam mengandung banyak unsur syukur dan permohonan bimbingan, yang dapat memperkuat hubungan dengan Allah.
Kedua, Mengikuti kajian atau diskusi keagamaan juga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, Memberikan sebagian harta atau waktu untuk membantu orang lain adalah bentuk syukur yang konkret. Rasulullah SAW bersabda, "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah" (HR. Bukhari dan Muslim).
Bersedekah tidak hanya membantu orang lain tetapi juga memberikan rasa puas dan bahagia bagi diri sendiri. keempat, Membuat catatan syukur, di mana setiap hari menuliskan beberapa hal yang patut disyukuri, bisa membantu memperkuat kebiasaan bersyukur. Meliputi hal-hal sederhana seperti kesehatan, keluarga, atau bahkan momen-momen kecil yang membawa kebahagiaan.
Dan yang terakhir, Meluangkan waktu setiap hari untuk merenungkan segala nikmat yang telah diberikan dan mengevaluasi bagaimana kita telah menjalani hari - hari dengan penuh ketenangan yang dipeluk hangat oleh rasa syukur.
• Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh