Ketika Cinta menjadi Racun: Perspektif Psikologi Tentang Hubungan Toxic Relationship

Ilustrasi Toxic Relationship
Source Bing Image Creator 
Oleh: Zaifatul Azkia*

Toxic Relationship merupakan fenomena yang sering terjadi dalam hubungan interpersonal dan berdampak signifikan terhadap kesehatan mental seseorang. Dari perspektif psikologis, hubungan ini ditandai dengan pola interaksi yang bersifat destruktif, baik secara emosional, fisik, maupun mental. 

Hubungan beracun ini merupakan dinamika menyebabkan kehancuran yang seringkali membuat pelakunya sulit untuk melepaskan diri. 

Meskipun setiap hubungan mempunyai tantangan dan masa-masa sulitnya masing-masing, hubungan beracun dicirikan oleh pola interaksi yang konsisten yang menyebabkan kerugian emosional, mental, atau fisik pada salah satu atau kedua belah pihak.

Psikologi mengajarkan bahwa hubungan yang sehat harus didasarkan pada saling pengertian, dukungan, dan komunikasi yang baik. 

Namun, hubungan beracun sering kali melibatkan pengendalian, manipulasi, atau pengabaian emosi pasangan. Salah satu kunci dari hubungan destruktif tersebut adalah adanya kendali dan kekuasaan, yang berarti kurangnya rasa hormat dan empati. 

Pasangan mungkin terus-menerus mengkritik, meremehkan, atau mengontrol pasangannya, sehingga menciptakan lingkungan yang dipenuhi kecemasan dan ketakutan. 

Ketidakseimbangan kekuasaan ini sering membuat korban merasa terjebak dan tidak berdaya, terutama ketika pelaku kekerasan menggunakan manipulasi emosional yang tidak proporsional di mana salah satu pihak berusaha mengendalikan atau mendominasi pihak lain. 

Salah satu ciri utama hubungan beracun ini ancaman mempertahankan kendali. Selain itu, hubungan yang beracun sering kali ditandai dengan komunikasi yang buruk. 

Kurangnya perhatian untuk mendengarkan dan pemahaman terhadap perasaan, sudut pandang pasangan dapat menimbulkan kecenderungan pihak beracun mendominasi pembicaraan dalam percakapan, menyalahkan pasangan, atau mengabaikan kebutuhan emosional pasangan. 

Hal ini tidak hanya membuat trust issue dan rasa aman dalam suatu hubungan, tetapi orang-orang yang terjebak dalam hubungan beracun sering kali menderita rendahnya harga diri, kecemasan, depresi, dan bahkan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). 

Mereka mungkin merasa terperangkap dan tanpa dukungan sosial karena pasangannya yang beracun cenderung memanipulasi atau memisahkan mereka dari orang lain.

Dari sudut pandang perkembangan kepribadian, toxic relationship dapat berdampak besar pada individu, terutama jika hubungan tersebut terjadi pada tahap perkembangan yang kritis seperti masa remaja dan dewasa awal. 

Pada masa ini, identitas dan citra diri masih dalam tahap pembentukan, dan pengalaman buruk dalam hubungan dapat meninggalkan luka mendalam yang dapat memengaruhi cara seseorang memandang dirinya dan dunia di sekitarnya di kemudian hari. 

Namun terjebak dalam hubungan yang beracun dapat menghambat pertumbuhan secara serius. 

Selama masa remaja, orang menemukan jati diri mereka, mengevaluasi diri berdasarkan standar masyarakat, dan menjalin hubungan dengan orang lain. 

Hubungan yang beracun selama masa ini dapat membuat meragukan nilai diri dan merasa tidak dicintai atau tidak berharga. 

Hal ini dapat memengaruhi kepercayaan diri dan kemampuan dalam menjalin hubungan yang sehat di masa depan.

Selain itu, masa remaja juga merupakan masa dimana manusia mulai belajar tentang cinta dan hubungan romantis. 

Jika pengalaman romantis pertama seseorang terjadi dalam hubungan yang beracun, hal ini dapat membentuk pandangannya tentang cinta dan membuat mereka lebih rentan terhadap hubungan serupa di masa depan. 

Pandangannya tentang cinta dan membuat mereka lebih rentan terhadap hubungan serupa di masa depan. 

Mereka mengadopsi pola-pola negatif dalam hubungan dan mungkin mengulanginya dalam hubungan di masa depan kecuali mereka menerima dukungan untuk memahami dan menaklukkan pola-pola ini.

Sebaliknya, masa dewasa awal adalah masa ketika orang mengejar karier, merencanakan masa depan, dan mulai menjalin hubungan yang lebih serius. 

Terjebak dalam hubungan yang beracun dapat menghambat kemajuan dalam banyak bidang kehidupan. 

Mereka mungkin merasa terikat secara emosional atau finansial dengan pasangan yang beracun dan mengalami kesulitan mengambil langkah untuk meninggalkan hubungan tersebut.

Namun mengakhiri hubungan yang beracun tidak selalu gampang. Banyak korban merasa sulit meninggalkan pasangannya karena berbagai alasan, termasuk emosional, ketergantungan finansial, dan bahkan rasa malu. 

Dukungan dari teman, keluarga, atau profesional seperti terapis seringkali menjadi kunci untuk membantu korban keluar dari situasi ini.

Dari perspektif psikologis, penting bagi orang-orang yang berada dalam hubungan beracun ini untuk mengenali tanda-tanda peringatan dan mencari bantuan profesional. 

Korban dapat memperoleh manfaat dari terapi untuk memahami bagaimana hubungan tersebut berkembang, mempelajari cara-cara praktis untuk mengatasi trauma emosional, dan membangun harga diri sehingga mereka dapat membentuk hubungan yang lebih baik di masa depan.

Penting juga bagi kita sebagai masyarakat untuk lebih peka terhadap tanda-tanda hubungan yang beracun dan tidak melihatnya sebagai hal yang normal atau dapat diterima.

Untuk menciptakan lingkungan sosial yang meningkatkan kesehatan mental dan emosional, kita harus terus mendidik masyarakat tentang nilai hubungan yang sehat, komunikasi yang baik, dan saling menghormati.

Secara keseluruhan, toxic relationship ini adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan intervensi yang tepat. Pencegahan dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan emosional dan psikologis memerlukan upaya kolektif dari individu, komunitas, dan masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan, orang-orang yang terjebak dalam hubungan yang beracun ini dapat menemukan jalan keluar dan membangun kehidupan yang lebih sehat dan bahagia.

• Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh 


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan