Jiraiya: Dasar Bodoh, Tidak Ada Latihan yang Sia-Sia



Oleh: Arizul Suwar 

Apa yang dianggap sia-sia, sebenarnya tak lain merupakan ketidaktahuan terhadap makna, nilai dan efek yang terkandung di dalamnya.

Setelah melalui berbagai latihan yang menurutnya tidak tuntas, Naruto, dengan tingkah polosnya memprotes gurunya, Jiraiya. Jiraiya, satu dari tiga Sannin Legendaris itu, merupakan ninja yang memilih menjalani hidup dengan kebebasannya, tanpa terikat dengan berbagai jabatan fungsional di Konoha.

Jiraiya, yang oleh Naruto kerap disapa sebagai Ero-sennin (petapa genit) itu, dianggap tidak mumpuni dalam mengajarkannya berbagai teknik ninja, sampailah pada suatu ketika, Naruto memprotes Jiraiya bahwa latihan-latihan yang selama ini sudah dilakukan, semuanya tidak berguna. 

Tidak tahan dengan omelan protes itu, dengan tingkah polos yang juga tidak jauh beda dengan Naruto, Jiraiya menjawab "Dasar bodoh! Tidak ada latihan yang sia-sia." Mendengar itu, Naruto, yang kelak menjadi Hokage ke-7 pun, terdiam.

Apa yang dikatakan Jiraiya kepada Naruto bukanlah sesuatu yang jauh dari pengalamannya. Bisa dikatakan, jawaban Jiraiya itu adalah apa yang telah dialaminya. Itulah yang terjadi pada Jiraiya sebelum dirinya dikenal sebagai Sannin Legendaris. 

Jiraiya adalah murid paling bodoh dalam timnya. Teman-teman setimnya, yang kelak juga dikenal sebagai Sannin Legendaris, Tsunade dan Orochimaru, merupakan murid-murid yang memiliki talenta yang membanggakan, beda halnya dengan Jiraiya. 

Mereka berlatih, Jiraiya juga berlatih. Mereka menjalani misi, demikian juga Jiraiya. Namun entah bagaimana, dalam benaknya, Jiraiya tidak mendapati dirinya mengalami kemajuan sebagai ninja.

Sampailah pada suatu ketika, Jiraiya melakukan kesalahan, dan terlempar ke Gunung Myƍboku. Singkat cerita, dalam latihan dan kontemplasinya di sana, dia melihat bahwa sesungguhnya apa-apa yang telah dia lakukan sebagai seorang ninja, tak ada yang sia-sia. Karena itulah dia mengatakan pada Naruto; "Dasar bodoh! Tidak ada latihan yang sia-sia."

Cuplikan tersebut masih terngiang dalam ingatan, walau sudah empat tahun sejak seri anime itu saya tonton. Sebab itu, saya tidak ingat lagi cuplikan itu terdapat dalam episode ke berapa. Tapi, saya kira itu tidaklah penting.

Berkaca pada jawaban Jiraiya pada Naruto tersebut, saya teringat, berapa banyak hal yang telah terjadi dalam hidup ini, yang terhadap itu semua, saya berikan predikat sia-sia. Jika Jiraiya ada, tentu dia akan mengatakan, "Dasar bodoh! Tidak ada yang sia-sia." 

Apa yang saya anggap sia-sia, sebenarnya tak lain merupakan ketidaktahuan terhadap makna, nilai dan efek yang terkandung dalam berbagai kejadian tersebut. 

Ambillah satu contoh, ketika menulis, tidak ada orang yang mau membaca tulisan itu, apakah itu semua lalu disebut sia-sia? Tidak sama sekali. Menulis adalah menulis, dengan itu keahlian semakin terasah, pengalaman terus bertambah, dan penguasaan kata-kata semakin kaya. Lagi-lagi "Dasar bodoh! Tidak ada yang sia-sia."

Ketika sesuatu dianggap sebagai sia-sia, tidak lain itu disebabkan oleh anggapan kita bahwa sesuatu itu haruslah seperti ini dan tidak boleh seperti itu, artinya kita sebenarnya sedang membatasi sesuatu.

Bagi Naruto, jika latihan tidak tuntas maka itu artinya sia-sia. Dia membatasi makna latihan sebagai sesuatu yang tuntas saat itu juga. Jiraiya mematahkan anggapan itu, Jiraiya mengingatkan, latihan tidak boleh dilihat sebatas itu, melainkan suatu proses yang harus terus-menerus dilakukan, tidak diukur dengan ketuntasan, melainkan dengan kesungguhan.[]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan