Maito Gai dan Perjuangannya: Menjadi Istimewa dengan Taijutsu yang Dianggap Tidak Istimewa
Maito Gai akhirnya berkesimpulan bahwa, jika dia tidak menguasai keahlian yang lain, maka dia akan mengoptimalkan kemampuan taijutsu-nya sampai ke ufuk terjauh.
Maito Gai dan Perjuangannya
Dalam serial anime Naruto, ada satu Jonin (ninja level tinggi) bernama Maito Gai.
Uniknya, walaupun dia masuk dalam kategori ninja tertinggi, Gai hanyalah pengguna teknik taijutsu (teknik tubuh, keahlian fisik, semacam bela diri).
Dalam dunia ninja di serial Naruto, ada tiga teknik yang sejauh analisis saya, itu semacam bakat bawaan, artinya tidak bisa diciptakan, dia memang bawaan (dari sono-nya).
Istilah teknik yang saya maksud di sini merujuk pada istilah yang digunakan pada website narutofandom, artinya jangan dibayangkan teknik dalam pengertian keahlian tangan (seperti kerajinan, teknologi dll).
Saya kembali ke istilah teknik, jadi, dalam anime Naruto, teknik atau keahlian bawaan itu ada tiga. Saya urut dari yang paling langka sampai yang paling umum dimiliki seorang ninja.
Pertama, Genjutsu (teknik manipulasi ilusif). Genjutsu ini semacam keahlian khusus yang dimiliki seorang ninja untuk memanipulasi lawannya secara ilusif.
Contohnya begini, ketika Itachi (salah satu tokoh yang memiliki dan menguasai teknik ini) diserang oleh musuhnya, si musuh ini melihat bahwa Itachi sudah hampir mati, tapi rupanya yang dilihatnya itu bukanlah yang sesungguhnya. Yang sebenarnya terjadi malahan, si musuh Itachi inilah yang hampir mati, inilah gambaran sederhana tentang teknik manipulasi genjutsu ini.
Kedua, Ninjutsu (teknik cakra), teknik ini tidaklah selangka genjutsu. Banyak ninja yang memiliki kemampuan ini. Seperti Naruto, Sasuke, Sakura, Kakashi dan lainnya.
Ninjutsu ini bersumber dari cakra dan bakat alami penguasaan elemen tertentu seorang ninja, elemen yang dimaksud seperti angin, tanah, air, dan petir. Contohnya, Naruto memiliki jurus rasengan dengan angin sebagai elemen dasarnya.
Ketiga, Taijutsu (teknik tubuh) ini merupakan teknik yang hampir dimiliki oleh setiap ninja. Artinya, jika dilihat secara hierarkis, maka taijutsu ini tidaklah ada apa-apanya ketimbang ninjutsu dan genjutsu.
Sekarang, yang menjadi pertanyaan kita adalah, mengapa Maito Gai, yang hanya memiliki dan menguasai taijutsu semata, itu dapat menjadi jonin (ninja papan atas)?Bukankah tidak ada keistimewaan pada kemampuan taijutsu itu?
Jawaban terhadap inilah yang mau saya eksplorasi, dan semoga kita dapat manfaatnya setelah selesai membaca tulisan ini.
Maito Gai: Mengoptimalkan Taijutsu-nya
Jadi, dalam kisahnya, Maito Gai itu merasa sedih dan kurang percaya diri, karena dia hanya bisa menggunakan teknik taijutsu. Teman-temannya di akademi (semacam sekolah ninja) rata-rata memiliki bakat ninjutsu.
Bukan tidak pernah dia berjuang dan berusaha belajar ninjutsu, tapi mau bagaimana, memang dari sono-nya dia tidak memiliki bakat itu.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ninjutsu dan genjutsu itu adalah bakat yang terberi. Tidak bisa diusahakan, ia hanya bisa dikembangkan oleh yang memilikinya.
Tak jarang, Gai menjadi bahan tertawaan teman-temannya, seperti biasa, ketika ada anak yang keahliannya di bawah rata-rata, tentu akan menjadi bahan tertawaan.
Ada beberapa kejadian, yang membuat Gai akhirnya tidak patah semangat, salah satunya setelah kematian ayahnya yang juga hanya memiliki bakat taijutsu. Ada beberapa kejadian lain, tapi saya tidak terlalu ingat lagi.
Jadi intinya, Gai ini tidak berputus asa terhadap takdirnya sebagai pengguna taijutsu.
Menariknya--ini analisis saya--Gai ini akhirnya berkesimpulan bahwa, jika dia tidak menguasai keahlian yang lain, maka dia akan mengoptimalkan kemampuan taijutsunya sampai ke ufuk terjauh, artinya setinggi-tingginya, se ahli-ahlinya.
Setiap hari dia berlatih, tidak kenal lelah, tak jarang dia menghukumi dirinya sendiri dengan latihan-latihan berat, untuk meraih kemampuan taijutsu yang lebih tinggi.
Karena di samping dia tidak menguasai keahlian lain, dia juga merasa malu jika kemampuan ninjanya tidak mampu mengimbangi teman-temannya yang menguasai keahlian selain taijutsu.
Dan, berkat latihan yang ngeri-ngeri sedap itu, benarlah dia mampu menjadi ninja dengan kemampuan menggunakan taijutsu di atas rata-rata ninja lain, sehingga dia dijuluki sebagai master taijutsu.
Di salah satu episode Naruto, Gai ini pernah melawan Madara, satu lawan satu, Madara merupakan salah satu ninja yang menguasai seluruh teknik (taijutsu, ninjutsu dan genjutsu) yang kemampuannya dijuluki sebagai rival dewa ninja, artinya dia ini bukanlah ninja sembarang.
Dalam pertarungan satu lawan satu itu, Gai harus menerima kenyataan bahwa dia akan lumpuh total seumur hidup, hal itu disebabkan karena dia menggunakan jurus tertinggi taijutsunya.
Dalam pertempuran itu juga, walaupun Gai kalah dari Madara, tapi Madara mengakui bahwa Gai adalah pengguna taijutsu yang luar biasa, dia tidak pernah menghadapi pengguna taijutsu sehebat Maito Gai.
Saya kira itulah sekilas cuplikan dari tokoh yang akan kita kaji nilai-nilai perjuangannya dalam tulisan ini.
Maito Gai: Menjadi Istimewa dengan Taijutsu
Pertama, penting untuk dicatat bahwa Gai ini bukanlah sosok yang istimewa.
Dia hanya ahli dalam satu teknik, yaitu taijutsu, yang mana teknik itu adalah kemampuan yang dimiliki oleh umumnya ninja, artinya tidak ada keistimewaan di situ, tidak ada yang bisa dibanggakan dengan itu!
Ini menjadi pengingat buat kita, kadang kita merasa bukan siapa-siapa, tidak ada bakat istimewa, kadang juga kita merasa tidak berharga.
Namun dari cerita Gai ini, kita bisa belajar bahwa dari sesuatu yang tidak istimewa itu, jika diberdayakan dengan optimal dan maksimal maka itu juga akan menjadi istimewa.
Terkadang, kebanyakan dari kita berpikir, untuk menjadi istimewa harus memiliki sesuatu yang istimewa pula. Memiliki suatu yang langka yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang lainnya.
Tak jarang, pikiran seperti itu malah membuat kita makin terpuruk, sulit bangkit, dan lupa untuk mengoptimalkan potensi yang sebenarnya sudah kita miliki.
Memang, membayangkan memiliki suatu kemampuan luar biasa seperti tokoh-tokoh besar itu menyenangkan, tapi itu tidak akan memberikan manfaat apa-apa, jika kita tidak mengoptimalkan potensi kita, sekecil apa pun itu.
Apa gunanya kita memiliki banyak bakat, tapi tak ada yang kita asah secara maksimal, bakat itu akhirnya hanya menjadi benih yang tidak pernah tumbuh.
Selanjutnya, Maito Gai tidak pernah menyerah dengan latihannya. Yang penting kita garisbawahi dari kesungguhan Gai ini sebenarnya hanya satu, yaitu konsisten!
Jika kita konsisten untuk mengembangkan bakat kita, kita pasti akan mendapatkan manfaat luar biasa darinya. Konsisten adalah kunci.
Pertanyaan bagi diri sendiri, sejauh mana kita bisa konsisten? Ini menjadi PR dan menjadi cambuk semangat agar kita tidak berhenti di tengah jalan dalam mengoptimalkan potensi yang kita miliki.
Jangan jadi medioker, itulah yang penting untuk selalu kita ingat.
Kesimpulan
Terakhir, soalnya saya nggak tau mau nulis apa lagi, dari Maito Gai kita harus belajar tentang kecanduan dia untuk perpacu dengan teman-temannya yang lain.
Gai akan sangat menderita jika dia melihat teman-temannya sudah ahli dalam suatu teknik, sedangkan dia masih belum sampai pada tahap demikian, dia akan menghukum dirinya sendiri untuk meningkatkan latihannya.
Ini bukan berarti membenci orang lain, atau membanding-bandingkan diri dengan orang lain, melainkan memantik semangat dalam diri agar tidak ketinggalan dari orang lain dalam hal pengembangankan kemampuan diri sendiri.[]
Insight yang berharga. Thanks