Clock

Jangan Hanya Berharap Pada Pemerintah: Masyarakat Indonesia Harus Punya Mindset Maju

Ilustrasi jangan berharap pada pemerintah


Oleh: Tuhfatul Athal

Jangan Berharap Penuh pada Pemerintah!

Sejauh ini, kebanyakan masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan, masih pesimis akan terwujudnya visi Indonesia Emas di tahun 2045. Dengan berbagai masalah yang tengah dihadapi oleh rakyat Indonesia, serta mindset “tertinggal” yang masih dipelihara di negeri ini.

Selain itu, hal yang membuat rasa pesimis muncul ialah pucuk pemegang kekuasaan di Indonesia, tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari sebagian masyarakat. 

Faktornya bisa berbagai hal, seperti korupsi, perbuatan tidak sesuai janji, gagal proyek, serta tidak lihai dalam memberi solusi terhadap masalah paling urgen yang dihadapi masyarakat.

Sekarang, kita harus bertanya setidaknya kepada diri sendiri “Apakah pemerintah benar-benar peduli kepada rakyat?” Mari kita melihat ulang kampanye di akhir tahun lalu hingga awal tahun 2024 ini. 

Pertama, saya pribadi geram dengan warna-warni spanduk di jalanan yang sangat tidak bermanfaat jika dipikir-pikir. 

Masyarakat perlu mengenal sosok yang akan dipilih secara kepribadian, riwayat pendidikan, dan kontribusi yang telah disumbangkan untuk bangsa, itu yang penting.

Masyarakat tidak terlalu penting untuk mengenal wajah dan penampilan calon pemimpin yang akan dipilih, apakah dia bersorban atau tidak, berkopiah atau tidak, wajahnya berkharismatik atau tidak. 

Akhirnya, spanduk kampanye menyumbang puluhan ton sampah, lalu, guna spanduk kampanye atau kampanye spanduk itu untuk apa? 

Kenapa tidak mencerdaskan bangsa dengan membuat pelatihan untuk bisa mengakses secara mandiri dan mempelajari riwayat calon legislatif yang akan dipilih melalui website resmi? 

Tampaknya ini lebih mencerdaskan, dan menghemat pengeluaran, lalu dana yang tersisa dapat dipergunakan untuk membangun negara serta berinvestasi untuk mencerdaskan generasi mendatang.

Seandainya pun spanduk diperlukan, saya kira model spanduk caleg Jepang bisa ditiru. 

Dari spanduk saja, kita bisa melihat bahwa Jepang cenderung berpikir panjang dan tidak terjebak untuk berfoya-foya dengan jargon “mari menyambut pesta rakyat” siapa yang sebenarnya berpesta?

Kedua, bansos demi pansos. Pihak bawaslu mengatakan bahwa bansos sebenarnya tidak ada hubungan dengan pemilu. 

Tetapi data membuktikan bahwa dana yang diluncurkan untuk bansos naik drastis jelang pemilu, seolah pemerintah membelai rakyat miskin dengan menggenggamkan bansos ke dalam tangan-tangan pekerja kasar itu dengan berbisik “Pilih saya, setidaknya perut kalian tidak kosong beberapa hari ini

Data yang dikeluarkan untuk bansos tembus 500 triliun, jumlah yang sangat besar ini hanya digunakan untuk kepentingan jangka pendek, yaitu memberi bansos yang habis dikonsumsi dalam sebulan. 

Andai saja bantuan sosial dialihkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin, diberikan lahan untuk dapat mengolah sumber daya alam, diberdayakan dengan berbagai keterampilan, rasanya 500 triliun lebih dari cukup untuk berinvestasi menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Namun kenyataannya, bansos diberikan kepada masyarakat menengah-bawah agar mereka kelak tergerak hatinya memilih caleg dari partai tertentu yang dikira “berbaik hati” telah memberikan bansos. 

Sekarang, coba tanyakan setidaknya kepada diri sendiri “Bansos sebenarnya untuk kepentingan siapa?

Selain itu, dengan memberikan bansos berupa barang yang kegunaannya habis dipakai sebulan, hal ini mengajarkan kepada masyarakat kita bahwa yang perlu dipikirkan hanya soal mengisi perut dalam sebulan, ini buruk. 

Mindset yang selayaknya harus dimiliki oleh masyarakat di negara berkembang dan mesti harus diajarkan oleh pemerintah adalah bagaimana memiki perencanaan jangka panjang, tidak hanya sekadar mencukupi kebutuhan bulanan. 

Di tengah-tengah sekelumit permasalahan yang terjadi di tanah air, seringkali kita bertanya-tanya, apakah bergantung kepada pemerintah adalah pilihan terbaik bagi masa depan kita?  

Indonesia, dengan segala kekayaan dan keluhurannya, seringkali terjebak dalam siklus yang tak kunjung berubah, siapapun pemimpinnya, korupsi merajalela, kebijakan yang tidak memihak rakyat, janji-janji kosong, dan masyarakat yang semakin tidak tercerdaskan.  

Namun, di balik bayang-bayang korupsi, ketidakadilan, dan peristiwa lainnya, mungkin ada cahaya harapan yang belum kita sadari. Dan jawabannya mungkin bukan terletak pada pemerintah, melainkan pada kekuatan masyarakat itu sendiri. 

Masyarakat Harus Punya Mindset Maju: Secercah Harapan 

Masyarakat harus memberdayakan diri sendiri, masyarakat memiliki potensi besar untuk memberdayakan diri sendiri tanpa bergantung sepenuhnya pada pemerintah. 

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh masyarakat untuk menciptakan perubahan dan kemajuan:  

1. Pendidikan dan Pelatihan

Investasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan diri sendiri dan keluarga. Ini dapat mencakup pembelajaran keterampilan baru, pelatihan kewirausahaan, atau program pengembangan profesional untuk meningkatkan daya saing di pasar kerja. 

2. Pembangunan Ekonomi Lokal

Mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi lokal dengan membeli produk lokal, mendukung usaha kecil dan menengah, serta berinvestasi dalam proyek-proyek yang memberikan manfaat langsung kepada komunitas.  

3. Pemanfaatan Teknologi dan Media Sosial

Manfaatkan teknologi dan media sosial untuk berbagi informasi, menggalang dukungan, dan memobilisasi aksi kolektif. Dengan memanfaatkan platform digital, masyarakat dapat meningkatkan kesadaran tentang isu-isu penting dan memperluas jangkauan pesan mereka. 

Di era ini, dengan kekuatan media sosial masyarakat bahkan bisa menggerakkan pejabat-pejabat yang sudah lumpuh di kursi pemerintahan untuk bergerak cepat menangani kasus sosial, seperti kasus di Lampung tahun lalu.

4. Kemitraan dan Kolaborasi

Bangun kemitraan dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, sektor swasta, organisasi nirlaba, dan pemerintah setempat. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan untuk tantangan yang dihadapi.  

Dengan mengambil langkah-langkah ini, masyarakat dapat memberdayakan diri dengan mindset maju, dan menciptakan perubahan positif dalam lingkungan mereka, tanpa harus berharap dan bergantung pada pemerintah secara eksklusif.[]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan